Aku duduk tepat di barisan ketiga dari arah depan. Mataku sayu penuh keharuan memandang panggung megah dengan kilauan lampu redup berkedip-kedip penuh sorotan. Terdengar musik menggelagar, diiringi sekelompok manusia memasuki panggung nan mewah.  Kuhempas nafas sekuatnya, menepuk tangan ala kadarnya mengikuti gemuruh riuh penonton. Tampaknya tarian sudah dimulai. 

Meski penarinya terlihat amatir, aku terbelalak menyaksikan keindahan gerak tarian gulai gemulai mereka. Tampaknya ada yang ingin disampaikan dari setiap gerakan mereka, tapi aku tak tahu apa itu. Pikiranku belum mampu menjangkaunya.

Disaat dengan asyiknya memandang, tiba-tiba mataku secara auto-otomatis memandangi setiap gerakan seorang gadis. Gadis yang tak asing bagiku. Dialah yang menggunakan berbagai dalil-dalil tak bertuan untuk memaksa tubuh ini duduk di tengah hiruk pikuk orang-orang yang membuat jijik ingatanku ini. Dialah saingan terberat  dalam hidupku yang belum pernah kukalahkan dalam persaingan apapun itu.

Senyumku merekah ketika melihat matanya memandang mataku. Tetapi ada sesuatu yang aneh, sepertinya pandangan itu menjadi setruman untuk membangkitkan memori-memori lama yang telah kupendam sedalam-dalamnya. Bagaimana ia memandang membuat gelisah perasaan ini. Seolah-olah ia memberikan tanda agar aku terus memfokuskan pandanganku padanya. 

Dia ingin memberikan pesan lewat tariannya, dugaku dalam kebingungan.  Pikiranku menerka-nerka sekuat tenaga. Membuat tubuh gemetar kian tak nyaman.

Dan benar saja, aku tersentak ketika penari itu mendencang-dencangkan panggung dengan goyangan kakinya.

Sesaat kemudian tanpa disadari, entah ilham darimana, aku dapat memecahkan teka-teki pesan misterius yang ingin disampaikannya. Gerakan dan suaranya membentuk sebuah kata-kata singkat penuh makna.

"Hai kamu! Lama tak jumpa. Lihatlah diriku ini. Apakah kau mengetahui perbedaan diriku saat ini? Kemampuan dan karakterku saat ini telah melampaui batas tertinggi standar yang kau anggap mustahil itu".

Terdengar keras sebuah suara, suara keras yang sengaja dimuntahkan ke pikiran khayal semu ini yang tak diketahui asalnya dari mana.

Kueratkan jaket, tatapan mataku kosong, cucuran keringat mengalir deras dari dahi, mendadak tubuhku gamang. Kalimat itu terus berkelebat-kelebat dalam benakku.

Bersambung...

Fokus metlit dulu hehe

0 komentar:

Posting Komentar

 
Aysan © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top