1. Suatu hari, dikala musim kemarau berkepanjangan, seluruh warga desa memutuskan untuk melaksanakan doa bersama meminta hujan diturunkan. Tepat pada hari tersebut, dimana seluruh warga desa berkumpul, ada seorang anak yang datang dengan membawa payung. << Itulah keimanan. Percaya dan berbaik sangka pada sang Pencipta. Percaya bahwa kebutuhan yang kita butuhkan dan keinginan yang kita inginkan adalah yang terbaik buat kita dan sejalan paralel dengan kehendak Ilahi.
2. Ketika ada seorang ayah yang melemparkan anaknya ke udara, si anak justru tertawa bahagia tanpa ada rasa takut terjatuh. Itu dikarenakan si anak tahu jika ayahnya akan menangkapnya. << Itulah kepercayaan. Sejauh apapun jarak memisahkan, serumit apapun hubungannya, tetap tidak mempermasalahkan karena adanya komitmen kesetiaan dan kepercayaan satu sama lain.
3. Setiap malam ketika kita ingin tidur, meski tidak ada yang menjamin bahwa kita masih hidup keesokan paginya, kita tetap mengatur alarm agar dapat membangunkan kita pada esok pagi. << Itulah harapan. Tetap berusaha meski tidak ada kepastian bahwa balasan dari usaha kita adalah keberhasilan (yaa kalo ada kepastian kenapa berusaha ckck). Tetap berpegang teguh terhadap pilihan meski ujian hati menerpa. Tidak takut melangkah maju, apalagi takut mencoba hanya karena pengalaman dan lingkungan diri yang dipenuhi dengan kegagalan.
Given this apocalyptic confusion, I make no apology for the fact that I haven't yet worked out what I think about everything that happened. I'm mental equivalent of dumbstruck: Brainlocked.
So it is easier to agree with Nelson Mandela, it always seems impossible until it is done, but in fact, for now, my situation still seems impossible eventhough it was done. So that the thing I can do now is just believing Allah SWT will help me fully to achieve everything I wish for in my life.
2. Ketika ada seorang ayah yang melemparkan anaknya ke udara, si anak justru tertawa bahagia tanpa ada rasa takut terjatuh. Itu dikarenakan si anak tahu jika ayahnya akan menangkapnya. << Itulah kepercayaan. Sejauh apapun jarak memisahkan, serumit apapun hubungannya, tetap tidak mempermasalahkan karena adanya komitmen kesetiaan dan kepercayaan satu sama lain.
3. Setiap malam ketika kita ingin tidur, meski tidak ada yang menjamin bahwa kita masih hidup keesokan paginya, kita tetap mengatur alarm agar dapat membangunkan kita pada esok pagi. << Itulah harapan. Tetap berusaha meski tidak ada kepastian bahwa balasan dari usaha kita adalah keberhasilan (yaa kalo ada kepastian kenapa berusaha ckck). Tetap berpegang teguh terhadap pilihan meski ujian hati menerpa. Tidak takut melangkah maju, apalagi takut mencoba hanya karena pengalaman dan lingkungan diri yang dipenuhi dengan kegagalan.
Given this apocalyptic confusion, I make no apology for the fact that I haven't yet worked out what I think about everything that happened. I'm mental equivalent of dumbstruck: Brainlocked.
So it is easier to agree with Nelson Mandela, it always seems impossible until it is done, but in fact, for now, my situation still seems impossible eventhough it was done. So that the thing I can do now is just believing Allah SWT will help me fully to achieve everything I wish for in my life.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus